Thursday, March 12, 2015

BURJO #MaretMenulis 11

i


Burjo, begitu tempat ini biasa disebut di Jogja. Kalau orang bertanya pada saya, apa tempat makanan khas Jogja lainnya selain gudeg dan angkringan, maka jawaban saya adalah burjo. Singkatan dari bubur kacang ijo ini sudah mengalami pergeseran makna sedemikian rupa. Tempat yang dulu menjual menu utama bubur kacang ijo, sekarang bahkan susah menemukan yang satu itu. Berganti dengan aneka minuman kemasan sachet yang siap diramu dalam gelas anda. Yang bila lapar, anda bisa memesan mie instan rebus atau goreng, dengan atau tanpa telur. 

Burjo seakan sudah menjadi identitas anak muda jogja. Pagi sarapan teh hangat dan gorengan di burjo, siang makan nasi telur, malam pilih mie instan rebus dengan telur. Saat tanggal tua tiba, burjo yang murah meriah ini bisa jadi tumpuan; murah, menu lengkap, dan kadang bisa ngebon juga. 

Sekarang burjo makin komplit aneka olahan mie instan bermetamorfosis. Tak sekedar varian goreng atau rebus, mereka bisa diolah dalam bentuk omlet, magelangan (nasi goreng dan mie goreng yang dikawin silangkan, pizza, bahkan dimiripkan dengan gambar dalam kemasannya. 
Nama-nama unik khas singkatan Jogja juga akan membuat kita tersenyum saat membaca daftar menu yang dipampang besar-besar. Intel untuk varian indomie dengan tambahan telur. Tante, indomie atau mie instan tanpa telur. Nastel untuk nasi telur; nasi putih panas mengepul yang disajikan dengan sayur, tumis tempe, dan tokoh utamanya; telur dadar gurih, disajikan dengan sambal. 
Varian minuman ada sogem, singkatan dari soda gembira yang klasik. Air soda dituang dalam gelas berisi es batu dengan susu kental manis melimpah dan sirup frambozen yang membuat semarak warna. Ada joshua, bukan diobok-obok, tapi campuran minuman suplemen energi extra joss dengan susu. 

Seakan ikut berlari mengikuti perkembangan jaman, banyak burjo difasilitasi wifi. Rapat-rapat mahasiswa pun kerap diadakan di sini. Mulai dari rapat aktivis sekelas BEM hingga belajar kelompok sistem kebut semalam menjelang deadline makalah atau ujian. 
Tak jarang, bagi yang berkantong tipis, pacaran juga dilakukan di burjo. Alasannya irit, merakyat, mamun tetap romantis. 

Burjo memang one stop place. Mengisi perut beres, sosialisasi pun sukses. 
Buat anda yang di Jogja; "Sudah kah ke burjo hari ini?" 


---



Tulisan ini saya buat di burjo sekitar AM Sangaji, setelah seorang teman mengajak saya makan di cafe yang sudah lewat batas order. Dan masih dengan mood jengkel karena seminggu terakhir selalu dikhianati janji-janji berjumpa di burjo yang tak kunjung terlaksana. 

No comments:

Post a Comment