Thursday, March 5, 2015

BUAH NAGA FAVORIT MU #MaretMenulis 5



Pagi ini aku tergopoh-gopoh masuk supermarket untuk membeli susu kedelai demi sarapan sehat. Berjuang melewati gang sempit tempat buah-buahan dan sayur-sayuran bertumpuk rapi dalam boks dan rak menunggu untuk dipilih, dimasukkan plastik, lalu ditimbang dan dibawa pulang. 
Di sana; di dekat tumpukan jambu biji yang hijau kekuningan menyembunyikan rona merah dan kusam manggis yang sedang musim, kulihat tumpukan merah semarak, sekuat tenaga menyembunyikan layu yang mulai menggerogoti. Ada buah naga. 

Yang kuingat buah naga adalah favorit mu. Masih kuingat celetukanmu saat kita lewat kios buah hampir dua bulan lalu. Kamu bilang, buah naga membuatmu penasaran. Keeksotisannya yang tersohor, rasanya yang dibatas impian dan kenyataan, serta warnanya yang menyayat realita. 

Aku masih ingat, rencana berkunjung ke galeri siang itu berubah menjandi icip-icip buah tropis dadakan. Kita berdua menekuni kios buah di tepi jalan ramai, memesan jus aneka rupa warna dan rasa. Mencoba segala macam buah yang belum pernah kau pegang. 
Sirkaya, manggis, jambu biji, sawo, alpukat, salak, kelengkeng, ternyata tak cukup elok untuk mencuri perhatian mu. Buah naga lah yang kamu pilih. Irisan pertama membuatmu berdecak kagum. Warnanya luar biasa, meminjam bahasamu mendefinisikan. 

Pagi ini aku sejenak berhenti di hadapan tumpukan buah naga yang nyaris menuju layu. Terpinggirkan setelah perayaan Imlek berlalu. Ada segurat rindu yang menebal saat aku melihat warna merahnya. Rindu yang hanya bisa terlampiaskan dalam kata demi kata yang tersendat dalam bantuan teknologi yang menghubungkan kita. 

Aku rindu.
Rindu menjemput senja bersamamu. Rindu bertualang di lorong pasar tradisional yang selalu membuatmu berdecak kagum. Rindu dengan ritual sarapan kita berdua. 

Aku rindu.
Rindu obrolan kita yang sesemarak buah naga. Rindu senyuman yang selalu kau sunggingkan diantara cium bibirmu. 

Aku rindu pembicaraan kita saat lampu sudah kita matikan. Rindu dengan segala penerimaanmu. Rindu dengan genggaman tangan yang tak pernah absen sebelum kita sejenak berpisah pulang tiap hari.

Aku rindu. 
Aku rindu kamu. 


Selasar lantai dua cafe sepi
5 Maret 2015
20:15

No comments:

Post a Comment